Senin, 27 Juli 2009

HOLLYWOOD, CIA, & PENTAGON

Hollywood merupakan studio raksasa, pusat industri perfilman dunia. Sedangkan Central Intelligence Agency (CIA), merupakan dinas intelijen negara AS yang bermarkas besar secara resmi (karena ada sejumlah markas clandestine) di Langley. Lantas, adakah hubungan di antara keduanya? Menjawab pertanyaan ini bukan perkara mudah. Namun di tahun 2003, Program Discovery Channel pernah merilis satu film dokumenter menarik berjudul "CIA: Hollywood Spyfi" yang mengisahkan hubungan gelap antara Hollywood dan CIA. Dalam film dokumenter tersebut diceritakan bagaimana aneka gadget agen CIA banyak terinspirasi dari film Hollywood. Serial James Bond, misalnya.
Hubungan Gelap CIA-Hollywood
Ada artikel menarik yang diturunkan Prespektif (www.irib.ir, Juli 2007) berjudul "Kolaborasi Hollywood dan CIA". Artikel tersebut diawali dengan sebuah pertemuan yang tidak disebut tanggal kejadiannya, antara para pejabat CIA dengan sejumlah perusahaan film Hollywood, yang dalam pertemuan tersebut dikatakan menunjuk anggota CIA bernama Paul Barry, berperan sebagai mediator antara CIA dengan Hollywood.
Berita yang berasal dari UPI (United Press Internasional) ini secara garis besar menyatakan bahwa CIA mengingkan Hollywood agar mencitrakan agen-agen CIA di dalam film-filmnya sebagai orang yang penuh dedikasi, herois, handal dan berani, tanpa menghilangkan sisi kemanusiaannya. CIA jelas berkepentingan dengan hal tersebut guna mendongkrak citranya yang terpuruk dalam penegakan hak asasi manusia di berbagai belahan dunia.
Juru Bicara CIA, Paul Gimicliano dalam pertemuan itu membacakan pernyataan resmi yang menyatakan, program pemantauan langsung CIA terhadap aktifitas Hollywood dan media Amerika lainnya akan terus berlanjut. Ini berarti pemantauan yang dilakukan CIA terhadap institusi kesenian AS tersebut telah lama dilakukan. CIA sudah lama menyusupkan agen-agennya dalam industri film, pers, dan media massa lainnya di Amerika dan juga negara-negara yang dianggap penting, guna memuluskan ambisi imperialisme AS sebagai The New Pax-Romana.
Khusus untuk Hollywood, Washington melihat kemampuan studio raksasa ini yang sangat besar untuk menyebarkan nilai-nilai Amerika, ke seluruh penjuru dunia. Hollywood harus mampu menyebarkan The American Dreaming tentang "Kebebasan, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia" yang seluruhnya mengacu pada pola hidup dan pola pikir masyarakat Barat.
Agenda tersembunyi ini sesungguhnya bisa dilihat dari pesan-pesan yang ada di banyak film produksi Hollywood. Simak saja misalnya seri film Delta Force di tahun 1980-an yang dibintangi aktor Chuck Norris, yang selalu saja menjadikan kaum Yahudi sebagai manusia pilihan dan hero, sedangkan orang Islam—dalam film ini digambarkan sebagai orang-orang Arab—merupakan orang-orang yang biadab, tak tahu etiket, suka main perempuan, dan teroris.
Atau simak aksi Sylverster Stallone dalam Rambo dan sekuelnya. Bagaimana seorang veteran tentara Amerika sanggup mengobrak-abrik markas pasukan Soviet atau Vietkong sendirian. Inilah The American Dream.
CIA menjadikan film-film Hollywood sebagai bagian dari promosi kehebatan Amerika. Dalam ilmu militer, CIA telah menjadikan Hollywood sebagai bagian dari Psy-war Unit, yang diharapkan mampu membuat gentar musuh-musuhnya dan membuat segan para sekutunya.
Pentagon Runs Hollywood
Selain keterlibatan CIA, Pentagon ternyata juga memiliki hubungan kerjasama dengan Hollywood. Harian Swedia, Hallandsposten, terbitan 26 Maret 1999, merilis sebuah berita terkait berjudul "Pentagon Runs Hollywood". Artikel ini disalin lagi oleh Wes penre dalam situsnya pada tanggal 30 Maret 1999 dengan judul yang sama. Kisahnya tentang campur tangan Pentagon sebagai Markas Besar Angkatan Bersenjata AS ke dalam industri perfilman Hollywood.
Seperti juga dengan CIA, Pentagon juga memanfaatkan Hollywood untuk mendongkrak citranya ke seluruh dunia bahwa militer AS adalah yang angkatan bersenjata yang tercanggih dan terkuat di dunia. Dan ini memang benar adanya.
Selain untuk menaikkan citra institusionil, Pentagon juga ingin agar Hollywood mencitrakan sosok tentara Amerika sebagai tentara yang tidak terkalahkan dalam segi apa pun. Pentagon ingin agar dunia tahu bahwa tentara Amerika merupakan super hero, paling profesional, terkuat, paling pemberani, paling disiplin, paling demokratis, paling tangguh, paling perkasa, paling ulet, dan paling-paling lainnya. Yang belakangan inilah yang sama sekali tidak benar.
Di Irak saja, ada banyak tentara AS yang menderita depresi, bahkan melakukan bunuh diri, karena tidak tahan dengan tekanan saat bertugas di medan laga yang kering dan gersang. Jika kita menonton film-film underground Barat sendiri atau melihat tayangan berita yang disiarkan Al-Jazeera misalnya, ada banyak tentara AS yang menjerit-jerit ketakutan atau bahkan menangis karena rindu kampung halaman. Film dokumenter Fahrenheit 911 garapan sutradara AS Michael Moore juga memperlihatkan yang demikian. Jadi janganlah kita membayangkan sosok tentara AS seperti John Rambo, yang mampu sendirian masuk ke markas musuh dan menghancurkan semuanya.
Menariknya, campur tangan Pentagon ke dalam lingkup kerja Hollywood bukan cuma sebatas suggestion atau anjuran, melainkan terlibat langsung. Misalkan dalam penilaian terhadap skenario, setting panggung, hingga penyeleksian calon pemeran utama. Militer AS memang memiliki lembaga khusus yang bertugas menjembatani antara kepentingan angkatan bersenjata AS dengan film-film yang akan diproduksi Hollywood.
Di sisi lain, film-film Hollywood yang mengambil setting militer AS dan sejenisnya memang menjadi salah satu genre yang paling diminati penonton. Sebut saja Saving Privat Ryan, Top Gun, Platoon, Hamburger Hills, SWAT, We Are Soldiers, Pearl Harbour, Band of the Brothers, Full Metal Jacket, Patton, Black Hawk Down, Glory, The Caine Mutiny, Letters From Iwo Jima, The Great Escape, The Dirty Dozen, A Bridge to Far, dan lainnya.
Dari Rudal Hingga Pesawat Jet
Salah satu kerjasama antara Hollywood dengan Pentagon dalam produksi film adalah dalam penyediaan persenjataan dan alat-alat tempur, selain tentunya teknik dan strategi peperangan. Dalam film Top Gun yang dibintangi Tom Cruise misalkan, Pentagon meminjamkan pesawat jet F-16 dan juga pilotnya sebagai stuntman. Dalam ‘Blackhawk Down’, Pentagon malah mengirimkan ratusan personel marinir betulan untuk ikut sebagai pemain.
Pentagon memandang, film-film bertemakan perang dan sejenisnya mampu memompa semangat korps angkatan bersenjata AS. Selain itu, Pentagon juga ingin agar dunia tahu bahwa persenjataan dan personel tentara AS merupakan yang terkuat di dunia. Film Hollywood dianggapnya sebagai bagian dari semacam Psywar Unit.
Bisa jadi, disebabkan adanya kerjasama itulah ketika kemarin Rezim Bush tengah mengincar Iran, tiba-tiba muncul film "300" yang sangat merendahkan peradaban dan martabat bangsa Persia.


Read More..

THE WALT DISNEY (HIDDEN) AGENDA

Wes Penre, tokoh di belakang kebangkitan musik rock dan heavy-metal AS di era 1980-an, mantan anggota kelompok pemuja setan, yang kemudian bertobat dan menjadi peneliti dunia hiburan AS,
dalam situs Illuminaty News (4 Juli 2004) menulis sebuah artikel singkat berjudul "The Walt Disney Agenda".
Penre membuka artikel itu dengan kalimat, "Saya menonton film kemarin, judulnya "The Haunted Mansion", dibintangi oleh Eddie Murphy. Film ini diproduksi oleh Disney. Ini bukan sekadar film setan dengan akting yang payah, ada sesuatu di baliknya. Pertanyaan pertama tentang film ini, setelah saya menontonnya, adalah: Untuk siapa sebenarnya film ini? Orang-orang dewasa, atau anak-anak? Jika untuk orang dewasa, film ini sangatlah naïf,terlalu enteng, dan tidak lucu. Namun jika untuk anak-anak, ini adalah film yang amat sangat menakutkan. Lalu, untuk siapa sebenarnya Disney membuat film ini?"
Untuk menjawab semua pertanyaan itu, demikian Penre, maka kita perlu mengetahui siapa sesungguhnya Walt Disney, apa misi utama perusahaan Disney, untuk apa didirikan, dan akan digunakan sebagai apa? "Saya sangat menganjurkan Anda untuk menyimak baik-baik tulisan Fritz Springmeier’s yang ada di situs www.theforbiddenknowledge.com/hardtruth/thedisneybloodlinept1.htm," ujar Penre.
"Walt Disney merupakan anggota Freemasonry derajat 33°, suatu derajat tertinggi yang hanya bisa dicapai oleh tokoh-tokoh Yahudi, dan juga anggota Illuminaty. Di balik seluruh karakter kartun yang diciptakannya yang tersebar di aneka film, buku cerita, dongeng, dan sebagainya, ada agenda tersembunyi illuminaty untuk mempengaruhi dan men-setting pemikiran anak-anak," tulis Penre.
Seluruh produksi Disney mengandung simbol-simbol Masonik, okultisme, dan juga indoktrinasi maupun pengendalian alam pikiran. "Lewat Disney, mereka telah meracuni pemikiran manusia sedari anak-anak agar bisa menerima ‘The New World Order’ suatu saat kelak. Mereka juga memperkenalkan sejak dini kepada anak-anak seluruh dunia apa yang disebut sebagai black-magic, The Sorcery, sebagai jalan keluar yang bagus. Simaklah terus dengan kritis apa-apa yang disampaikan oleh Springmeier di atas. Anda akan terkejut-kejut dibuatnya," tandas Penre yang juga banyak menulis masalah-masalah Illuminaty di dunia hiburan Amerika.
Tanpa Anda sadari, anak-anak Anda telah "menghilang" ke dalam Disneyland dan diculik oleh perusahaan Disney dan dikorbankan serta diperbudak menjadi agen-agen The New World Order di masa depannya. Hebatnya lagi, Disney mampu melakukan ini semua di kamar-kamar tidur dan kamar-kamar keluarga seluruh keluarga di dunia ini. "Sekarang kita kembali kepada film ‘The Haunted Mansion’. Kami paham, betapa tidak mungkinnya para orangtua melarang anak-anak menonton film ini, yang seolah-olah diperuntukkan bagi anak-anak, namun banyak memuat unsur-unsur kekerasan, seksualitas, dan sejenisnya," tambahnya.
Wes Penre dan juga Springmeier yakin bahwa ada ‘sesuatu’ di Disneyland yang selama ini tidak terungkap ke permukaan. "Seorang sahabat mengirim saya sebuah surat beberapa hari yang lalu. Dalam suratnya dia bercerita bahwa dia punya seorang kawan yang baru saja pulang dari Disneyland di California. Di suatu tempat di tengah areal Disneyland, orang ini masuk dan bersembunyi ke dalam semak-semak untuk sekadar merokok. Tanpa diduga, dari semak-semak itu terlihat sebuah lorong ke dalam tanah. Dia masuk ke dalam dengan hati-hati. Dari dalam tanah dia mendengar suara tangisan anak-anak. Tiba-tiba, sebelum dia masuk lebih dalam, kepalanya ditodong pistol oleh petugas keamanan. Dia ditangkap dan diusir dari taman hiburan itu. Anehnya, dia dikawal petugas tersebut hingga masuk ke mobilnya dan keluar dari area parkir. Dia sampai hari ini terus berpikir, apa yang sebenarnya berada di dalam tanah itu? Anak-anak siapa yang menangis di dalam ruangan tersembunyi itu?"


Read More..

SEJARAH YAHUDI

Seperti telah ditunjukkan di awal, semua tanah Palestina, khususnya Yerusalem, adalah suci untuk orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim.
Alasannya adalah karena sebagian besar nabi-nabi Allah yang diutus untuk memperingatkan manusia menghabiskan sebagian atau seluruh kehidupannya di tanah ini.
Menurut studi sejarah yang didasarkan atas penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, Nabi Ibrahim, putranya, dan sejumlah kecil manusia yang mengikutinya pertama kali pindah ke Palestina, yang dikenal kemudian sebagai Kanaan, pada abad kesembilan belas sebelum Masehi. Tafsir Al-Qur'an menunjukkan bahwa Ibrahim (Abraham) AS, diperkirakan tinggal di daerah Palestina yang dikenal saat ini sebagai Al-Khalil (Hebron), tinggal di sana bersama Nabi Luth (Lot). Al-Qur'an menyebutkan perpindahan ini sebagai berikut:
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Qur'an, 21:69-71)
Daerah ini, yang digambarkan sebagai “tanah yang telah Kami berkati,” diterangkan dalam berbagai keterangan Al-Qur'an yang mengacu kepada tanah Palestina.
Sebelum Ibrahim AS, bangsa Kanaan (Palestina) tadinya adalah penyembah berhala. Ibrahim meyakinkan mereka untuk meninggalkan kekafirannya dan mengakui satu Tuhan. Menurut sumber-sumber sejarah, beliau mendirikan rumah untuk istrinya Hajar dan putranya Isma’il (Ishmael) di Mekah dan sekitarnya, sementara istrinya yang lain Sarah, dan putra keduanya Ishaq (Isaac) tetap di Kanaan. Seperti itu pulalah, Al-Qur'an menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim mendirikan rumah untuk beberapa putranya di sekitar Baitul Haram, yang menurut penjelasan Al-Qur'an bertempat di lembah Mekah.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Qur'an, 14:37)
Akan tetapi, putra Ishaq Ya’kub (Jacob) pindah ke Mesir selama putranya Yusuf (Joseph) diberi tugas kenegaraan. (Putra-putra Ya’kub juga dikenang sebagai “Bani Israil.”) Setelah dibebaskannya Yusuf dari penjara dan penunjukan dirinya sebagai kepala bendahara Mesir, Bani Israel hidup dengan damai dan aman di Mesir.
Suatu kali, keadaan mereka berubah setelah berlalunya waktu, dan Firaun memperlakukan mereka dengan kekejaman yang dahsyat. Allah menjadikan Musa (Moses) nabi-Nya selama masa itu, dan memerintahkannya untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Ia pergi ke Firaun, memintanya untuk meninggalkan keyakinan kafirnya dan menyerahkan diri kepada Allah, dan membebaskan Bani Israil yang disebut juga orang-orang Israel. Namun Firaun seorang tiran yang kejam dan bengis. Ia memperbudak Bani Israil, mempekerjakan mereka hingga hampir mati, dan kemudian memerintahkan dibunuhnya anak-anak lelaki. Meneruskan kekejamannya, ia memberi tanggapan penuh kebencian kepada Musa. Untuk mencegah pengikut-pengikutnya, yang sebenarnya adalah tukang-tukang sihirnya dari mempercayai Musa, ia mengancam memenggal tangan dan kakinya secara bersilangan.

Menyusul wafatnya Nabi Yusuf (Joseph), Bani Israel mengalami kekejaman tak terperikan di tangan Firaun.
Meskipun Firaun menolak permintaannya, Musa AS dan kaumnya meninggalkan Mesir, dengan pertolongan mukjizat Allah, sekitar tahun 1250 SM. Mereka tinggal di Semenanjung Sinai dan timur Kanaan. Dalam Al-Qur'an, Musa memerintahkan Bani Israil untuk memasuki Kanaan:
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. (Qur'an, 5:21)
Setelah Musa AS, bangsa Israel tetap berdiam di Kanaan (Palestina). Menurut ahli sejarah, Daud (David) menjadi raja Israel dan membangun sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan putranya Sulaiman (Solomon), batas-batas Israel diperluas dari Sungai Nil di selatan hingga sungai Eufrat di negara Siria sekarang di utara. Ini adalah sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama arsitektur. Di Yerusalem, Sulaiman membangun sebuah istana dan biara yang luar biasa. Setelah wafatnya, Allah mengutus banyak lagi nabi kepada Bani Israil meskipun dalam banyak hal mereka tidak mendengarkan mereka dan mengkhianati Allah.




Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qur'an, 48:26)
Karena kemerosotan akhlaknya, kerajaan Israel mulai memudar dan ditempati oleh berbagai orang-orang penyembah berhala, dan bangsa Israel, yang juga dikenal sebagai Yahudi pada saat itu, diperbudak kembali. Ketika Palestina dikuasai oleh Kerajaaan Romawi, Nabi ‘Isa (Jesus) AS datang dan sekali lagi mengajak Bani Israel untuk meninggalkan kesombongannya, takhayulnya, dan pengkhianatannya, dan hidup menurut agama Allah. Sangat sedikit orang Yahudi yang meyakininya; sebagian besar Bani Israel mengingkarinya. Dan, seperti disebutkan Al-Qur'an, mereka itu yang: ": telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (Al-Qur'an, 5:78) Setelah berlalunya waktu, Allah mempertemukan orang-orang Yahudi dengan bangsa Romawi, yang mengusir mereka semua keluar dari Palestina.
Tujuan penjelasan yang panjang lebar ini adalah untuk menunjukkan bahwa pendapat dasar Zionis bahwa “Palestina adalah tanah Allah yang dijanjikan untuk orang-orang Yahudi” tidaklah benar. Pokok permasalahan ini akan dibahas secara lebih rinci dalam bab tentang Zionisme.
Zionisme menerjemahkan pandangan tentang “orang-orang terpilih” dan “tanah terjanji” dari sudut pandang kebangsaannya. Menurut pernyataan ini, setiap orang yang berasal dari Yahudi itu “terpilih” dan memiliki “tanah terjanji.” Padahal, ras tidak ada nilainya dalam pandangan Allah, karena yang penting adalah ketakwaan dan keimanan seseorang. Dalam pandangan Allah, orang-orang terpilih adalah orang-orang yang tetap mengikuti agama Ibrahim, tanpa memandang rasnya.
Al-Qur'an juga menekankan kenyataan ini. Allah menyatakan bahwa warisan Ibrahim bukanlah orang-orang Yahudi yang bangga sebagai “anak-anak Ibrahim,” melainkan orang-orang Islam yang hidup menurut agama ini:
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Qur'an, 3:68)
THE MUSLIM OBSERVER, September 2001

W. REPORT, Juli 96
Sementara umat Yahudi yang menentang Zionisme secara terbuka menentang pemerintah Israel, Yahudi fanatik berpandangan: “Tanah Terjanji adalah untuk Orang Terpilih. Selamanya. Kekal. Abadi.” Di sampul luar Washington Report on Middle East Affairs, Yahudi fanatik digambarkan membawa spanduk dengan semboyan ini. Karena pandangan keliru seperti ini, mereka bertindak kejam atas tahanan penduduk Palestina Kristen maupun Islam.



Read More..

PALESTINA MUSLIM

Semenjak awal sejarah Islam, Palestina, dan kota Yerusalem khususnya, telah menjadi tempat suci bagi umat Islam. Sebaliknya bagi Yahudi dan Nasrani, umat Islam telah menjadikan kesucian Palestina sebagai sebuah kesempatan untuk membawa kedamaian
kepada daerah ini. Dalam bab ini kita akan membahas beberapa contoh sejarah dari kenyataan ini.
'Isa (Yesus), salah satu nabi yang diutus kepada umat Yahudi, menandai titik balik penting lainnya dalam sejarah Yahudi. Orang-orang Yahudi menolaknya, dan kemudian diusir dari Palestina serta mengalami banyak ketidakberuntungan. Pengikutnya kemudian dikenal sebagai umat Nasrani. Akan tetapi, agama yang disebut Nasrani atau Kristen saat ini didirikan oleh orang lain, yang disebut Paulus (Saul dari Tarsus). Ia menambahkan pemandangan pribadinya tentang Isa ke dalam ajaran yang asli dan merumuskan sebuah ajaran baru di mana Isa tidak disebut sebagai seorang nabi dan Al-Masih, seperti seharusnya, melainkan dengan sebuah ciri ketuhanan. Setelah dua setengah abad ditentang di antara orang-orang Nasrani, ajaran Paulus dijadikan doktrin Trinitas (Tiga Tuhan). Ini adalah sebuah penyimpangan dari ajaran Isa dan pengikut-pengikut awalnya. Setelah ini, Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW sehingga beliau bisa mengajarkan Islam, agama Ibrahim, Musa, dan Isa, kepada seluruh umat manusia.
Yerusalem itu suci bagi umat Islam karena dua alasan: kota ini adalah kiblat pertama yang dihadapi oleh umat Islam selama ibadah sholatnya, dan merupakan tempat yang dianggap sebagai salah satu mukjizat terbesar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad: mikraj, perjalanan malam dari Mesjid Haram di Mekkah menuju Mesjid Aqsa di Yerusalem, kenaikannya ke langit, dan kembali lagi ke Mesjid Haram. Al-Qur'an menerangkan kejadian ini sebagai berikut:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qur'an, 17:1)
Dalam wahyu-wahyu Al-Qur'an kepada Nabi SAW, sebagian besar ayat-ayat yang berkesesuaian mengacu kepada Palestina sebagai “tanah suci, yang diberkati.” Ayat 17:1 menggambarkan tempat ini, yang di dalamnya ada Mesjid Aqsa sebagai tanah “yang Kami berkati disekelilingnya.” Dalam ayat 21:71, yang menggambarkan keluarnya Nabi Ibrahim dan Luth, tanah yang sama disebut sebagai “tanah yang Kami berkati untuk semua makhluk.” Pada saat bersamaan, Palestina secara keseluruhan penting artinya bagi umat Islam karena begitu banyak nabi Yahudi yang hidup dan berjuang demi Allah, mengorbankan hidup mereka, atau meninggal dan dikuburkan di sana.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan dalam 2000 tahun terakhir, umat Islam telah menjadi satu-satunya kekuatan yang membawa kedamaian kepada Yerusalem dan Palestina.
Khalifah Umar Membawa Perdamaian dan Keadilan bagi Palestina

Qubbat as-Sakhrah
Setelah Roma mengusir Yahudi dari Palestina, Yerusalem dan sekitarnya menjadi lenyap.
Akan tetapi, Yerusalem kembali menjadi pusat perhatian setelah Pemerintah Romawi Constantine memeluk agama Nasrani (312). Orang-orang Roma Kristen membangun gereja-gereja di Yerusalem, dan menjadikannya sebagai sebuah kota Nasrani. Palestina tetap menjadi daerah Romawi (Bizantium) hingga abad ketujuh, ketika negeri ini menjadi bagian Kerajaan Persia selama masa yang singkat. Akhirnya, Bizantium kembali menguasainya.
Tahun 637 menjadi titik balik penting dalam sejarah Palestina, karena setelah masa ini daerah ini berada di bawah kendali kaum Muslimin. Peristiwa ini mendatangkan perdamaian dan ketertiban bagi Palestina, yang selama berabad-abad telah menjadi tempat perang, pengasingan, penyerangan, dan pembantaian. Apa lagi, setiap kali daerah ini berganti penguasa, seringkali menyaksikan kekejaman baru. Di bawah pemerintahan Muslim, penduduknya, tanpa melihat keyakinan mereka, hidup bersama dalam damai dan ketertiban.
Palestina ditaklukkan oleh Umar Bin Khattab, khalifah kedua. Ketika memasuki Yerusalem, toleransi, kebijaksanaan, dan kebaikan yang ditunjukkannya kepada penduduk daerah ini, tanpa membeda-bedakan agama mereka menandai awal dari sebuah zaman baru yang indah. Seorang pengamat agama terkemuka dari Inggris Karen Armstrong menggambarkan penaklukan Yerusalem oleh Umar dalam hal ini, dalam bukunya Holy War:
Khalifah Umar memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor unta putih, dikawal oleh pemuka kota tersebut, Uskup Yunani Sofronius. Sang Khalifah minta agar ia dibawa segera ke Haram asy-Syarif, dan di sana ia berlutut berdoa di tempat temannya Muhammad melakukan perjalanan malamnya. Sang uskup melihatnya dengan ketakutan: ini, ia pikir, pastilah akan menjadi penaklukan penuh kengerian yang pernah diramalkan oleh Nabi Daniel akan memasuki rumah ibadat tersebut; Ia pastilah sang Anti Kristus yang akan menandai Hari Kiamat. Kemudian Umar minta melihat tempat-tempat suci Nasrani, dan ketika ia berada di Gereja Holy Sepulchre, waktu sholat umat Islam pun tiba. Dengan sopan sang uskup menyilakannya sholat di tempat ia berada, tapi Umar dengan sopan pula menolak. Jika ia berdoa dalam gereja, jelasnya, umat Islam akan mengenang kejadian ini dengan mendirikan sebuah mesjid di sana, dan ini berarti mereka akan memusnahkan Holy Sepulchre. Justru Umar pergi sholat di tempat yang sedikit jauh dari gereja tersebut, dan cukup tepat (perkiraannya), di tempat yang langsung berhadapan dengan Holy Sepulchre masih ada sebuah mesjid kecil yang dipersembahkan untuk Khalifah Umar.
Mesjid besar Umar lainnya didirikan di Haram asy-Syarif untuk menandai penaklukan oleh umat Islam, bersama dengan mesjid al-Aqsa yang mengenang perjalanan malam Muhammad. Selama bertahun-tahun umat Nasrani menggunakan tempat reruntuhan biara Yahudi ini sebagai tempat pembuangan sampah kota. Sang khalifah membantu umat Islam membersihkan sampah ini dengan tangannya sendiri dan di sana umat Islam membangun tempat sucinya sendiri untuk membangun Islam di kota suci ketiga bagi dunia Islam.9
Pendeknya, umat Islam membawa peradaban bagi Yerusalem dan seluruh Palestina. Bukan memegang keyakinan yang tidak menunjukkan hormat kepada nilai-nilai suci orang lain dan membunuh orang-orang hanya karena mereka mengikuti keyakinan berbeda, budaya Islam yang adil, toleran, dan lemah lembut membawa kedamaian dan ketertiban kepada masyarakat Muslim, Nasrani, dan Yahudi di daerah itu. Umat Islam tidak pernah memilih untuk memaksakan agama, meskipun beberapa orang non-Muslim yang melihat bahwa Islam adalah agama sejati pindah agama dengan bebas menurut keinginannya sendiri.
Perdamaian dan ketertiban ini terus berlanjut sepanjang orang-orang Islam memerintah di daerah ini. Akan tetapi, di akhir abad kesebelas, kekuatan penakluk lain dari Eropa memasuki daerah ini dan merampas tanah beradab Yerusalem dengan tindakan tak berperikemanusiaan dan kekejaman yang belum pernah terlihat sebelumnya. Para penyerang ini adalah Tentara Perang Salib.
Kekejaman Tentara Perang Salib dan Keadilan Salahuddin

Tentara Perang Salib merampas Yerusalem setelah pengepungan lima minggu, dilanjutkan perampasan perbendaharaan kota dan membantai orang-orang Yahudi dan Islam.
Ketika orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Islam hidup bersama dalam kedamaian, sang Paus memutuskan untuk membangun sebuah kekuatan perang Salib. Mengikuti ajakan Paus Urbanius II pada 27 November 1095 di Dewan Clermont, lebih dari 100.000 orang Eropa bergerak ke Palestina untuk “memerdekakan” tanah suci dari orang Islam dan mencari kekayaan yang besar di Timur. Setelah perjalanan panjang dan melelahkan, dan banyak perampasan dan pembantaian di sepanjang perjalanannya, mereka mencapai Yerusalem pada tahun 1099. Kota ini jatuh setelah pengepungan hampir 5 minggu. Ketika Tentara Perang Salib masuk ke dalam, mereka melakukan pembantaian yang sadis. Seluruh orang-orang Islam dan Yahudi dibasmi dengan pedang.
Dalam perkataan seorang ahli sejarah: “Mereka membunuh semua orang Saracen dan Turki yang mereka temui… pria maupun wanita.”10 Salah satu tentara Perang Salib, Raymond dari Aguiles, merasa bangga dengan kekejaman ini:
Pemandangan mengagumkan akan terlihat. Beberapa orang lelaki kami (dan ini lebih mengasihi sifatnya) memenggal kepala-kepala musuh-musuh mereka; lainnya menembaki mereka dengan panah-panah, sehingga mereka berjatuhan dari menara-menara; lainnya menyiksa mereka lebih lama dengan memasukkan mereka ke dalam nyala api. Tumpukan kepala, tangan, dan kaki akan terlihat di jalan-jalan kota. Perlu berjalan di atas mayat-mayat manusia dan kuda. Tapi ini hanya masalah kecil jika dibandingkan dengan apa yang terjadi pada Biara Sulaiman, tempat di mana ibadah keagamaan kini dinyanyikan kembali… di biara dan serambi Sulaiman, para pria berdarah-darah disuruh berlutut dan dibelenggu lehernya.11

Salahuddin al-Ayyubi, yang mengalahkan Tentara Perang Salib dalam pertempuran Hattin, tercatat dalam sumber sejarah dengan keadilan, keberanian, dan wataknya yang terhormat.
Dalam dua hari, tentara Perang Salib membunuh sekitar 40.000 orang Islam dengan cara tak berperikemanusiaan seperti yang telah digambarkan.12 Perdamaian dan ketertiban di Palestina, yang telah berlangsung semenjak Umar, berakhir dengan pembantaian yang mengerikan.
Tentara Perang Salib menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota mereka, dan mendirikan Kerajaan Katolik yang terbentang dari Palestina hingga Antakiyah. Namun pemerintahan mereka berumur pendek, karena Salahuddin mengumpulkan seluruh kerajaan Islam di bawah benderanya dalam suatu perang suci dan mengalahkan tentara Perang Salib dalam pertempuran Hattin pada tahun 1187. Setelah pertempuran ini, dua pemimpin tentara Perang Salib, Reynald dari Chatillon dan Raja Guy, dibawa ke hadapan Salahuddin. Beliau menghukum mati Reynald dari Chatillon, yang telah begitu keji karena kekejamannya yang hebat yang ia lakukan kepada orang-orang Islam, namun membiarkan Raya Guy pergi, karena ia tidak melakukan kekejaman yang serupa. Palestina sekali lagi menyaksikan arti keadilan yang sebenarnya.
Tiga bulan setelah pertempuran Hattin, dan pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Mekah ke Yerusalem untuk perjalanan mikrajnya ke langit, Salahuddin memasuki Yerusalem dan membebaskannya dari 88 tahun pendudukan tentara Perang Salib. Sebaliknya dengan “pembebasan” tentara Perang Salib, Salahuddin tidak menyentuh seorang Nasrani pun di kota tersebut, sehingga menyingkirkan rasa takut mereka bahwa mereka semua akan dibantai. Ia hanya memerintahkan semua umat Nasrani Latin (Katolik) untuk meninggalkan Yerusalem. Umat Nasrani Ortodoks, yang bukan tentara Perang Salib, dibiarkan tinggal dan beribadah menurut yang mereka pilih.
Karen Armstrong menggambarkan penaklukan keduakalinya atas Yerusalem ini dengan kata-kata berikut ini:
Pada tanggal 2 Oktober 1187, Salahuddin dan tentaranya memasuki Yerusalem sebagai penakluk dan selama 800 tahun berikutnya Yerusalem tetap menjadi kota Muslim. Salahuddin menepati janjinya, dan menaklukkan kota tersebut menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi. Dia tidak berdendam untuk membalas pembantaian tahun 1099, seperti yang Al-Qur’an anjurkan (16:127), dan sekarang, karena permusuhan dihentikan, ia menghentikan pembunuhan (2:193-194). Tak ada satu orang Kristen pun yang dibunuh dan tidak ada perampasan. Jumlah tebusan pun disengaja sangat rendah…. Salahuddin menangis tersedu-sedu karena keadaan mengenaskan keluarga-keluarga yang hancur terpecah-belah dan ia membebaskan banyak dari mereka, sesuai imbauan Al-Qur’an, meskipun menyebabkan keputusasaan bendaharawan negaranya yang telah lama menderita. Saudara lelakinya al-Adil begitu tertekan karena penderitaan para tawanan sehingga dia meminta Salahuddin untuk membawa seribu orang di antara mereka bersamanya dan kemudian membebaskan mereka di tempat itu juga… Semua pemimpin Muslim merasa tersinggung karena melihat orang-orang Kristen kaya melarikan diri dengan membawa kekayaan mereka, yang bisa digunakan untuk menebus semua tawanan… [Uskup] Heraclius membayar tebusan dirinya sebesar sepuluh dinar seperti halnya tawanan lain dan bahkan diberi pengawal pribadi untuk mempertahankan keselamatan harta bendanya selama perjalanan ke Tyre.13
Pendeknya, Salahuddin dan tentaranya memperlakukan orang-orang Nasrani dengan kasih sayang dan keadilan yang agung, dan menunjukkan kepada mereka kasih sayang yang lebih dibanding yang diperlihatkan oleh pemimpin mereka.

Ketika Raja Richard I dari Inggris merampas Kastil Acre, ia membantai orang-orang Islam. Lukisan di bawah ini menggambarkan hukuman mati atas ratusan tahanan beragama Islam. Mayat-mayat mereka dan kepala-kepala terpenggal ditumpuk di bawah panggung.
Setelah Yerusalem, tentara Perang Salib melanjutkan perbuatan tidak berprikemanusiaannya dan orang-orang Islam meneruskan keadilannya di kota-kota Palestina lainnya. Pada tahun 1194, Richard Si Hati Singa, yang digambarkan sebagai seorang pahlawan dalam sejarah Inggris, memerintahkan untuk menghukum mati 3000 orang Islam, yang kebanyakan di antaranya wanita-wanita dan anak-anak, secara tak berkeadilan di Kastil Acre. Meskipun orang-orang Islam menyaksikan kekejaman ini, mereka tidak pernah memilih cara yang sama. Mereka malah tunduk kepada perintah Allah: “Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka)…”(Qur’an 5:2) dan tidak pernah melakukan kekejaman kepada orang-orang sipil yang tak bersalah. Di samping itu, mereka tidak pernah menggunakan kekerasan yang tidak perlu, bahkan kepada tentara Perang Salib sekalipun.
Kekejaman tentara Perang Salib dan keadilan orang-orang Islam sekali lagi terungkap sebagai kebenaran sejarah: Sebuah pemerintahan yang dibangun di atas dasar-dasar Islam memungkinkan orang-orang dari keyakinan berbeda untuk hidup bersama. Kenyataan ini terus ditunjukkan selama 800 tahun setelah Salahuddin khususnya selama masa Ottoman.
Pemerintahan Kesultanan Ottoman yang Adil dan Toleran

Setelah penaklukan Sultan Salim atas Yerusalem dan sekitarnya pada 1514, masa kedamaian dan keamanan selama 400 tahun dimulai di tanah Palestina.
Pada tahun 1514, Sultan Salim menaklukkan Yerusalem dan daerah-daerah sekitarnya dan sekitar 400 tahun pemerintahan Ottoman di Palestina pun dimulai. Seperti di negara-negara Ottoman lainnya, masa ini menyebabkan orang-orang Palestina menikmati perdamaian dan stabilitas meskipun kenyataannya pemeluk tiga keyakinan berbeda hidup berdampingan satu sama lain.
Kesultanan Ottoman diperintah dengan “sistem bangsa (millet),” yang gambaran dasarnya adalah bahwa orang-orang dengan keyakinan berbeda diizinkan hidup menurut keyakinan dan sistem hukumnya sendiri. Orang-orang Nasrani dan Yahudi, yang disebut Al-Qur'an sebagai Ahli Kitab, menemukan toleransi, keamanan, dan kebebasan di tanah Ottoman.
Alasan terpenting dari hal ini adalah bahwa, meskipun Kesultanan Ottoman adalah negara Islam yang diatur oleh orang-orang Islam, kesultanan tidak ingin memaksa rakyatnya untuk memeluk Islam. Sebaliknya kesultanan ingin memberikan kedamaian dan keamanan bagi orang-orang non-Muslim dan memerintah mereka dengan cara sedemikian sehingga mereka nyaman dalam aturan dan keadilan Islam.
Negara-negara besar lainnya pada saat yang sama mempunyai sistem pemerintahan yang lebih kejam, menindas, dan tidak toleran. Spanyol tidak membiarkan keberadaan orang-orang Islam dan Yahudi di tanah Spanyol, dua masyarakat yang mengalami penindasan hebat. Di banyak negara-negara Eropa lainnya, orang Yahudi ditindas hanya karena mereka adalah orang Yahudi (misalnya, mereka dipaksa untuk hidup di kampung khusus minoritas Yahudi (ghetto), dan kadangkala menjadi korban pembantaian massal (pogrom). Orang-orang Nasrani bahkan tidak dapat berdampingan satu sama lain: Pertikaian antara Protestan dan Katolik selama abad keenambelas dan ketujuhbelas menjadikan Eropa sebuah medan pertempuran berdarah. Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648) adalah salah satu akibat pertikaian ini. Akibat perang itu, Eropa Tengah menjadi sebuah ajang perang dan di Jerman saja, 5 juta orang (sepertiga jumlah penduduknya) lenyap.
Bertolak belakang dengan kekejaman ini, Kesultanan Ottoman dan negara-negara Islam membangun pemerintahan mereka berdasarkan perintah Al-Qur'an tentang pemerintahan yang toleran, adil, dan berprikemanusiaan. Alasan keadilan dan peradaban yang dipertunjukkan oleh Umar, Salahuddin, dan sultan-sultan Ottoman, serta banyak penguasa Islam, yang diterima oleh Dunia Barat saat ini, adalah karena keimanan mereka kepada perintah-perintah Al-Qur'an, yang beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Qur'an, 4:58)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (Qur'an, 4:135)

Penelitian tentang Palestina selama masa Ottoman terakhir mengungkap suatu kemajuan dalam kesejahteraan, perdagangan, dan industri di seluruh wilayah ini.
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Qur'an, 60:8)
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (Qur'an, 49:9)
Ada sebuah ungkapan yang digunakan dalam politik bahwa “kekuasaan itu menyimpang, dan kekuasaan mutlak itu mutlak menyimpang.” Ini berarti bahwa setiap orang yang menerima kekuasaan politik kadangkala menjadi menyimpang secara akhlak karena kesempatan yang ia peroleh. Ini benar-benar terjadi pada sebagian besar manusia, karena mereka membentuk kehidupan akhlak mereka menurut tekanan sosial. Dengan kata lain, mereka menghindari perbuatan tak berakhlak karena mereka takut pada ketidaksetujuan atau hukuman masyarakat. Namun pihak berwenang memberi mereka kekuasaan, dan menurunkan tekanan sosial atas mereka. Akibatnya, mereka menjadi menyimpang atau merasa jauh lebih mudah untuk berkompromi dengan kehidupan akhlak mereka sendiri. Jika mereka memiliki kekuasaan mutlak (sehingga menjadi para diktator), mereka mungkin mencoba untuk memuaskan keinginan mereka sendiri dengan cara apa pun.

Dinasti Ottoman membawa perdamaian, stabilitas, dan peradaban ke seluruh tanah yang mereka taklukkan. Kita masih bisa menemukan air mancur, jembatan, penginapan, dan mesjid
dari masa Ottoman di seluruh Palestina.
(Kiri) Gerbang Pahlawan, abad ke-16
(Kanan) Khan al-Umdan
Satu-satunya contoh manusiawi yang tidak disentuh oleh hukum penyimpangan tersebut adalah orang yang dengan ikhlas percaya kepada Allah, memeluk agamanya karena rasa takut dan cinta kepada-Nya dan hidup menurut agama itu. Karena itu, akhlak mereka tidak ditentukan oleh masyarakat, dan bahkan bentuk kekuasaan mutlak pun tidak mampu mempengaruhi mereka. Allah menyatakan ini dalam sebuah ayat:
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Qur'an, 22:41)
Dalam Al-Qur'an, Allah menjadikan Daud AS, sebagai contoh tentang penguasa yang ideal, yang menerangkan bagaimana ia mengadili dengan keadilan orang-orang yang datang untuk meminta keputusannya dan bagaimana ia berdoa dengan pengabdian seutuhnya kepada Allah. (Al-Qur'an, 38:24)

Dinasti Ottoman membawa perdamaian, ketertiban, dan toleransi kemana pun ia pergi.
Sejarah Islam, yang mencerminkan akhlak yang Allah ajarkan kepada umat Islam dalam Al-Qur'an, penuh dengan penguasa-penguasa yang adil, berkasih sayang, rendah hati, dan bijaksana. Karena para penguasa Muslim takut kepada Allah, mereka tidak dapat berperilaku dengan cara yang menyimpang, sombong atau kejam. Tentu ada penguasa Muslim yang menjadi menyimpang dan keluar dari akhlak Islami, namun mereka adalah pengecualian dan penyimpangan dari norma tersebut. Oleh karena itu, Islam terbukti menjadi satu-satunya sistem keimanan yang menghasilkan bentuk pemerintahan yang adil, toleran, dan berkasih sayang selama 1400 tahun terakhir.
Tanah Palestina adalah sebuah bukti pemerintahan Islam yang adil dan toleran, dan memberi pengaruh kepada banyak kepercayaan dan gagasan. Seperti telah disebutkan sebelumnya, pemerintahan Nabi Muhammad SAW, Umar, Salahuddin, dan sultan-sultan Ottoman adalah pemerintahan yang bahkan orang-orang non-Muslim pun sepakat dengannya. Masa pemerintahan yang adil ini berlanjut hingga abad kedua puluh, dengan berakhirnya pemerintahan Muslim pada tahun 1917, daerah tersebut jatuh ke dalam kekacauan, teror, pertumpahan darah, dan perang.
Yerusalem, pusat tiga agama, mengalami masa stabilitas terpanjang dalam sejarahnya di bawah Ottoman, ketika kedamaian, kekayaan, dan kesejahteraan berkuasa di sana dan di seluruh kesultanan. Umat Nasrani, Yahudi, dan Muslim, dengan berbagai golongannya, beribadah menurut yang mereka sukai, dihormati keyakinannya, dan mengikuti kebiasaan dan tradisi mereka sendiri. Ini dimungkinkan karena Ottoman memerintah dengan keyakinan bahwa membawa keteraturan, keadilan, kedamaian, kesejahteraan, dan toleransi kepada daerah mereka adalah sebuah kewajiban suci.
Banyak ahli sejarah dan ilmuwan politik telah memberi perhatian kepada kenyataan ini. Salah satu dari mereka adalah ahli Timur Tengah yang terkenal di seluruh dunia dari Columbia University, Profesor Edward Said. Berasal dari sebuah keluarga Nasrani di Yerusalem, ia melanjutkan penelitiannya di universitas-universitas Amerika, jauh dari tanah airnya. Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Israel Ha’aretz, ia menganjurkan dibangkitkannya “sistem bangsa Ottoman” jika perdamaian permanen ingin dibangun di Timur Tengah. Dalam pernyataannya,
Sebuah minoritas Yahudi bisa bertahan dengan cara minoritas lainnya di dunia Arab bertahan… ini cukup berfungsi baik di bawah Kesultanan Ottoman, dengan sistem millet-nya. Sebuah sistem yang kelihatannya jauh lebih manusiawi dibandingkan sistem yang kita miliki sekarang.14
Memang, Palestina tidak pernah menyaksikan pemerintahan “manusiawi” lain begitu pemerintahan Ottoman berakhir. Antara dua perang dunia, Inggris menghancurkan orang-orang Arab dengan strategi “memecah dan menaklukkannya” dan serentak memperkuat Zionis, yang kemudian terbukti menentang, bahkan terhadap mereka sendiri. Zionisme memicu kemarahan orang-orang Arab, dan dari tahun 1930an, Palestina menjadi tempat pertentangan antara kedua kelompok ini. Zionis membentuk kelompok teroris untuk melawan orang-orag Palestina, dan segera setelahnya, mulai menyerang orang-orang Inggris pula. Begitu Inggris berlepas tangan dan menyerahkan kekuasaannya atas daerah ini pada 1947, pertentangan inim yang berubah menjadi perang dan pendudukan Israel serta pembantaian (yang terus berlanjut hingga hari ini) mulai bertambah parah.
Agar daerah ini dapat menikmati pemerintahan “manusiawi”nya kembali, orang-orang Yahudi harus meninggalkan Zionisme dan tujuannya tentang “Palestina yang secara khusus bagi orang-orang Yahudi,” dan menerima gagasan berbagi daerah dengan orang-orang Arab dengan syarat yang sama. Bangsa Arab, dengan demikian pula, harus menghilangkan tujuan yang tidak Islami seperti “melemparkan Israel ke laut” atau “memenggal kepala semua orang Yahudi,” dan menerima gagasan hidup bersama dengan mereka. Menurut Said, ini berarti mengembalikan lagi sistem Ottoman, yang merupakan satu-satunya pemecahan yang akan memungkinkan orang-orang di daerah ini hidup dalam perdamaian dan ketertiban. Sistem ini mungkin dapat menciptakan sebuah lingkungan perdamaian wilayah dan keamanan, seperti yang pernah terjadi di masa lalu.
Dalam bab terakhir, kita akan membahas dengan rinci pemecahan ini. Namun sebelum kita melakukannya, mari kita tinjau kembali masa lalu untuk meneliti kekacauan dan kekejaman yang menguasai Palestina setelah pemerintahan Muslim berakhir.
Harian Turki TÜRKIYE, 15 April 1995
KAMI KEHILANGAN OTTOMAN
Dunia Arab mengidam-idamkan hari ketika peradaban, toleransi, dan keadilan tercipta.

Harian Turki TÜRKIYE, 7 Januari 1996
LEWIS: TIMUR TENGAH MENCARI SEORANG PEMIMPIN

Harian Turki ZAMAN, 30 Agustus 2001
SOLUSI OTTOMAN UNTUK YERUSALEM
Rencana sebagai pemecahan masalah Yerusalem, yang dirancang oleh Turki dengan dasar kebijakan yang diterapkan di daerah ini oleh Dinasti Ottoman tentang kedudukan Yerusalem, suatu kali ketika proses perdamaian Timur Tengah tengah berjalan di masa-masa tersulitnya, disambut oleh orang-orang Palestina, sedangkan Israel cemas karena usulan itu.

Harian Turki TÜRKIYE, 8 Oktober 2001
MENJADIKAN OTTOMAN SEBAGAI MODEL
Ketua HP Fiorina berkata, "Kekuasaan selama 600 tahun tersebut adalah bangunan perdamaian."

Banyak politisi dan sejarawan saat ini berpendapat bahwa model Ottoman adalah contoh yang sangat penting tentang bagaimana persoalan Timur Tengah dapat diselesaikan.
Harian Turki AKSAM, 8 November 2001
NOSTALGIA OTTOMAN DI BARAT
Ketika Barat mencari pemecahan pertikaian di berbagai belahan dunia, mereka merindukan kejayaan Kesultanan Ottoman.

Harian Turki ORTADOGU, 10 November 2001
DUNIA BARAT MENATAP OTTOMAN
Sewaktu Barat mencari pemecahan pertikaian di berbagai belahan dunia, mereka merindukan kejayaan Kesultanan Ottoman.

Harian Turki ORTADOGU, 10 November 2001
DUNIA BARAT MENATAP OTTOMAN
Sewaktu Barat mencari pemecahan pertikaian di berbagai belahan dunia, mereka merindukan kejayaan Kesultanan Ottoman. Pandangan ini dinyatakan dalam laporan yang diudarakan oleh kantor berita Amerika Associated Press.

KEKERASAN MENINGKAT SETELAH OTTOMAN TURUN
Peristiwa kekerasan di abad terakhir ini dimulai ketika Inggris memaksa Ottoman keluar dari wilayah ini sehingga menyebabkan orang-orang Palestina menderita penjajahan, pengusiran, dan pendudukan. Orang-orang Israel, di pihak lain, tidak pernah bisa hidup dalam keamanan.



Read More..

Pemalsuan Identitas Al-Quds Ala Andalusia Spanyol

Nicola Naser
Harian Al-Watan Qatar (05/12/08)
Sejumlah media internasional ternama Rabu kemarin (3/12) disibukkan oleh “Pertempuran” politik dalam ajang pemilu Israel untuk memilih kepala distrik Al-Quds yang akan memimpin kota Kiblat Pertama Ummat Islam dan tempat isranya Rasulallah SAW, Al-Quds. Terjadi perdebatan seru apakah yang akan memimpin Al-Quds seorang yahudi sekuler ataukah seorang yahudi agamis.
Ada tiga kandidat yang maju menjadi pemimpin Al-Quds saat itu. Salah satunya seorang milyuner dan jenderal aktif di jajaran militer Israel, Neir Barokat. Kedua, tokoh radikal Israel yang masih bermimpi mendirikan “Israel Raya” yang membentang antara sungai Nil hingga Furat, namanya, Meir Burash. Dan ketiga, pengusaha dan seorang imigran asal Rusia yang sedang menghadapi pengadilan Prancis terkait tuduhan penyelundupan senjata, Arkadi Gaidamac.
Para tokoh yahudi bersilang pendapat tentang siapa diantara ketiganya yang memiliki “darah yahudi” sehingga ia pantas memimpin Al-Quds. Semuanya sepakat untuk meyahudikan semua sisa kearaban yang masih nampak di Al-Quds dengan jalan memperluas wilayah permukiman yahudi hingga menjamin berdirinya satu-satunya ibu kota abadi bagi negara Zionis Israel dan berada di bawah otoritasnya secara penuh.
Sementara itu, para pemimpin Palestina di Ramallah yang masih amanah terhadap warisan kearaban Al-Quds, menganggap cukup dengan pengakuan dari sejumlah negara Arab dan Islam sebagai representasi legal bagi kearaban Palestina. Sebagaimana biasa, mereka juga menyerukan kepada warga Al-Quds untuk memboikot pemilu Israel tersebut. Karena keikutsertaan mereka bisa dijadikan alasan bagi Israel untuk menggabungkan Al-Quds timur ke dalam wilayah jajahan Israel.
Untuk menyibukan para pemimpin tersebut dalam “Pertempuran Yang Merugikan” terutama kaitanya dengan legalitas Palestina, sejumlah media internasional ternama menyebut pertempuran ini dengan pertarungan identitas bagi koalisi Palestina dalam proses perdamaian ke depan. Apakah Palestina akan dipimpin oleh kalangan “Sekuler demokrastis” (kondisi ini masih mungkin diterima) ataukah kalangan “Islam Ta’at” namun jelas akan ditolak dan harus diblokade. Semua ini terjadi di tengah proses yahudisasi ibu kota Al-Quds baik dari segi spirit, politik, ekonomi ataupun sejarahnya bagi bangsa Arab Palestina dan kaum musliminnya. Baik bagi yang taat agamanya ataupun yang sekuler.
Di sisi lain, terjadi kegamangan bagi sebagian pegawai Arab terkait persiapan realisasi dari keputusan sidang dewan menteri kebudayaan arab pada 8 dan 9 Nopember 2006 lalu di Amman yang mau menjadikan Al-Quds sebagai ibu kota budaya Arab pada tahun 2009, menyusul terpecahnya Palestina dan sejumlah negara Arab dalam hal ini.
Kegalauan juga melanda tentara Urmur dari kalangan Pemerintah otoritas Palestina di Al-Quds dan para penasehat perdana menteri urusan Al-Quds, juga persatuan Al-Quds di lingkungan kepresidenan dan komisi rakyat untuk perlindungan Al-Quds.
Senada dengan atas puluhan komite kerajaan maupun republik baik di tingkat pemerintahan ataupun rakyat, di negara Arab ataupun Islam di sejumlah kota besar Arab dan belahan dunia lainya memandang penuh kecemasan atas situasi yang terjadi di Baitul Maqdis. Seperti tampak dalam sejumlah pernyataan mereka, baik yang lantang ataupun yang malu-malu, yang tersebar di sejumlah media informasi dan di pasang di berita utama atau head line.
Namun semua itu mentok hanya sebatas pernyataan ataupun berita yang tak lebih dari sekedar seruan atau himbauan. Satupun tidak ada yang benar-benar memperhatikan untuk menyelamatkan Al-Quds dari bahaya yahudisasi yang mengancamnya. Karena membela al-Quds saat ini telah beralih dan menjadi tanggung jawab para juru runding seperti Ahmad Qurey yang disinyalir sejumlah media telah absent dari aktivitas politiknya, menyusul kelemahanya dalam perundingan dengan menlu Israel Tzipi Livni.
Padahal Menlu Israel ini telah gagal melunakan pemerintahnya dan lebih memilih terjun dalam bursa pemilihan perdana menteri mendatang. Ia lebih memilih membiarkan masalah Al-Quds tetap di meja perundingan ketika tidak sanggup menahan tekanan kuat terutama dari kalangan politisi Israel. Lebih dari itu, berunding dalam masalah Al-Quds bisa mendorong pada kemukinan pembagian kota tersebut bersama penduduknya yang berbeda ras dan keyakinan. Dan hal ini tentu tidak diinginkan Israel.
Keikut sertaan para jenderal pada pemilu pekan kemarin adalah pertemuan terbesar yang diadakan terkait perluasan permukiman Israel. Hadir di situ, Jenderal Neir Barokat yang terpilih menjadi Kepala Distrik Israel di Al-Quds, juga hadir jenderal dan bekas pilot pesawat tempur Ron Holiday di Tel Aviv. Barokat mengisyaratkan, negara Israel yang tengah membangun di tengah perdamaian adalah bagian dari “Pertempuran yang membayakan” yang terus berlangsung dalam konflik entitas kedua bangsa di satu negara Baitul Maqdis.
Setrategi ini bertentangan dengan kesibukan Palestina dan Arab untuk mempersiapkan pembukaan Launching Perayaan Al-Quds sebagai Ibu kota Budaya Arab pada akhir Januari tahun 2009 mendatang. Acara ini akan diikuti oleh para seniman dari berbagai negeri Arab dan Palestina. Menjelang acara tersebut diperkirakan akan banyak permintaan visa masuk dan permintaan izin dari pemerintah Israel termasuk pada Jenderal Barokat. Seperti diketahui, Jenderal Barokat menolak memberikan berbagai kemudahan bagi warga Palestina di Al-Quds. Alasan inilah yang menyababkan ia mengundurkan diri dari partai Kadema
Dalam sejumlah pernyataannya paska kemenanganya pada pemilihan kepala distrik Al-Quds. Ia mengajukan program kerja untuk menjamin keberadaaan Al-Quds sebagai ibukota abadi dan satu-satunya bagi Israel, melalui dua program utama. Yaitu, pertama, memasivkan permukiman dan penjajahan di wilayah timur Al-Quds. Terutama membangun koloni permukiman yahudi terbesar di Anata yang saat ini dikenal dengan nama E-1. Di tempat inilah, Israel telah membangun kantor komando kepolisianya untuk wilayah Tepi Barat, dalam rangka menutupi satu-satunya celah yang masih tersisa bagi Palestina, ditengah hamparan permukiman yang dibangun Isreal di sekitar Al-Quds timur. Komplek permukiman ini akan menghubungkannya dengan permuikiman Isreal yang berada di bagian luar Al-Quds (Al-Quds Raya), bersatu dengan wilayah permukiman terbesar Israel, Maale Adumem di Tepi Barat, sebelah timur Al-Quds. Wilayah ini nantinya akan menjadi kota terbesar yang terletak antara Al-Quds dan Sungai Yordan dengan pengggabungan dua wilayah jajahan, Kaidar 1 dan Kaidar 2 ke dalamnya.
Adapun program kedua yang diusung jenderal Barokat ini adalah, menjadikan Al-Quds sebagai kota internasional yang akan menarik puluhan juta wisatawan dalam sepuluh tahun ke depan. Al-Quds akan menjadi kota budaya dunia, seperti New York yang menjadi ibu kota dana dan perdagangan serta kota konspirasi politik dunia. Tempat berkumpulnya para ekonom, pejabat tinggi, ditengah krisis ekonomi Amerika yang sedang mengglobal.
Ditengah persiapan pembukaan Sinagog terbesar di dunia di Al-Quds, dalam dua bulan ke dapan ini, pakar strategi Israel di Hebron, Kholil Tafkaji mengatakan, Kubbah sinagog yang akan dibangun Israel besarnya sama dengan Kubbah Sakhra yang kini berada di tengah areal masjid Al-Aqsha. Rencana ini jelas membahayakan eksistensi Al-Aqsha.
Terkait strategi yahudisasi kota Al-Quds menjelang tahun 2020, nasib Al-Quds akan seperti kota Andalusia di Spanyol. Jika kondisi Palestina dan dunia seperti saat ini yang hanya mencari perdamaian, bukan perombakan total. Maka baitul Baitul Maqdis hanya tinggal kenangan. Dia hanya sebagai waritsan budaya sebagaimana terjadi di Andalusia. Ummat Islam hanya bisa menangisinya melalui lantunan nasyid Majdi Gabir. Ribuan nyawa sia-sia ditelan konspirasi dan pertentangan konflik Palestina saat ini.
Di tengah pertempuran yang dimenangkan Israel dalam sisi yahudisasinya. Sementara Palestina tenggelam dalam harapan yang mengawang-awang melalui perundingan demi perundingan dengan Israel. Belum diketahui siapa diantara keduanya yang akan memenangkan identitas Baitul Maqdis. (asy)


Read More..

JADILAH ENGKAU PEJUANG UNTUK MASJID AL-AQSHA PALESTINA

Semenjak awal sejarah Islam, Palestina, dan kota Yerusalem khususnya, telah menjadi tempat suci bagi umat Islam. Sebaliknya bagi Yahudi dan Nasrani, umat Islam telah menjadikan kesucian Palestina sebagai sebuah kesempatan untuk membawa kedamaian kepada daerah ini.


Yerusalem itu suci bagi umat Islam karena dua alasan: kota ini adalah kiblat pertama yang dihadapi oleh umat Islam selama ibadah sholatnya, dan merupakan tempat yang dianggap sebagai salah satu mukjizat terbesar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad: mikraj, perjalanan malam dari Mesjid Haram di Mekkah menuju Mesjid Aqsa di Yerusalem, kenaikannya ke langit, dan kembali lagi ke Mesjid Haram. Al-Qur'an menerangkan kejadian ini sebagai berikut:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qur'an, 17:1)

Dalam wahyu-wahyu Al-Qur'an kepada Nabi SAW, sebagian besar ayat-ayat yang berkesesuaian mengacu kepada Palestina sebagai �tanah suci, yang diberkati.� Ayat 17:1 menggambarkan tempat ini, yang di dalamnya ada Mesjid Aqsa sebagai tanah �yang Kami berkati disekelilingnya.� Dalam ayat 21:71, yang menggambarkan keluarnya Nabi Ibrahim dan Luth, tanah yang sama disebut sebagai �tanah yang Kami berkati untuk semua makhluk.� Pada saat bersamaan, Palestina secara keseluruhan penting artinya bagi umat Islam karena begitu banyak nabi Yahudi yang hidup dan berjuang demi Allah, mengorbankan hidup mereka, atau meninggal dan dikuburkan di sana.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan dalam 2000 tahun terakhir, umat Islam telah menjadi satu-satunya kekuatan yang membawa kedamaian kepada Yerusalem dan Palestina.

Perang Peradaban

Pertama-tama, kita harus mengetahui bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di Palestina lebih dari sekedar perang antara Arab dengan Israel. Sebuah perjuangan untuk hidup tengah dilakukan oleh bangsa Palestina, yang tanah dan hak-haknya dirampas paksa oleh kekuatan pendudukan Israel. Lebih-lebih lagi, tanah yang kita bicarakan ini berisi tempat-tempat yang suci bagi umat Islam. Palestina itu sangat penting bagi umat Islam karena Yerusalem adalah kiblat pertama umat Islam, dan tempat mikraj (perjalanan malam) Nabi Muhammad SAW.

Di samping itu, Palestina itu tidak hanya suci bagi umat Yahudi dan Islam, melainkan juga bagi umat Nasrani. Oleh karena itu, adalah sebuah kebodohan mencoba dan mempertahankan tanah Palestina, terutama Yerusalem, di bawah pemerintahan satu lembaga politik nasionalis yang khusus atau mengakui hak satu-satunya kelompok nasional atau agama. Palestina haruslah menjadi tanah di mana orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim hidup bersama dalam kedamaian dan menjalankan kewajiban agama mereka seperti yang mereka inginkan.

Pertempuran tanpa mengenal belas kasihan terus berlanjut hari ini antara dua penduduk yang hidup di tanah Palestina. Di satu sisi, tentara Israel yang bersenjata lengkap melakukan kebijakan pemusnahan sama sekali; di pihak lain, kelompok radikal Palestina melakukan bom bunuh diri yang ditujukan kepada warga Israel yang tak berdaya. Buku ini akan membahas kekeliruan parah karena usaha menyelesaikan permasalahan yang ada dengan kekerasan, dan bagaimana pemecahan sesungguhnya harus dibangun.

Di sini, salah satu kenyataan penting tidak bisa diabaikan: Orang-orang Palestina menderita kekejaman dan penghinaan dan seluruh dunia menyaksikannya. Sementara warga Palestina setiap hari menjadi sasaran peluru tentara Israel, sementara jutaan manusia menjalani bertahun-tahun dalam kelaparan dan kemiskinan di kamp-kamp pengungsian, sementara banyak orang Islam (termasuk wanita) disiksa di penjara-penjara Israel, sebuah tanggung jawab serius pun dibebankan kepada semua orang Islam yang beriman kepada Allah dan takut kepada Hari Pembalasan. Tanggung jawab pertama adalah melawan ideologi sosial Darwinisme yang mementingan ras dan tidak toleran, yang menjadi dasar semua ketidakadilan dan ketidakbijaksanaan di dunia.

Penjajahan Yahudi Terhadap Palestina

Sejak 14 Mei 1948, zionis Israel meresmikan penjajahannya di negeri Palestina, maka segala macam bentuk penindasan, teror dan penyiksaan telah dilakukan penjajah zionis Israel kepada rakyat Palestina. Banyak rakyat yang tidak berdosa
telah menjadi korban, khususnya anak-anak. Ibu-ibu banyak yang menjadi janda
karena suaminya telah dibunuh secara keji oleh penjajah zionis Israel. Anak-anak banyak yang menjadi yatim karena orang tuanya telah dibunuh secara mengenaskan dan itu berlangsung di depan sang anak. Sejarah telah mencatat tentang kebuasan dan kesadisan penjajah zionis Israel melakukan pembantaian massal, berdarah dan sangat mengerikan dan itu dilakukan secara kontinu.

Pada tanggal 13/5/1948 telah terjadi pembantaian Nashiruddin, yaitu desa yang berada di dekat Thabriyah. Di sini tentara penjajah zionis dengan berkostum Arab mendatangi penduduk, namun saat ada sambutan dari penduduk desa, mereka membalas dengan pembantaian yang merenggut seluruh nyawa yang hidup saat itu. Tentara Israel Membantai Rakyat Palestina

Pembantaian berikutnya terjadi pada tanggal 21/5/1948 yang terkenal dengan sebutan pembantaian Bait Darais, serangan dilakukan pada sebuah desa besar yang berada di sebelah Timur Gaza, Bait Darais, dengan menggunakan panser dari segala penjuru tentara penjajah zionis Israel membantai habis penduduknya.

Pada tanggal 9/10/1948, terjadi pembantaian Deir Yasin, yaitu sebuah desa yang terletak di dekat kota Al Quds dengan jumlah penduduk 600 orang. Saat itu pasukan gabungan dari Al Alghun dan Stierien yang berjumlah 300 tentara dengan persenjataan lengkap dan didukung panser, memporak-porandakan desa tersebut dan membunuh rakyat Palestina. Kemudian datang pasukan teroris Israel Hagana dan mengubur seluruh jasad rakyat Palestina yang berjumlah 250 orang. Jaques de Rene ketua Palang Merah Internasional di Palestina, mengunjungi sendiri Deir Yasin untuk melihat dan meneliti berapa mayat yang dikuburkan dalam kuburan massal itu. Dalam pembukuan laporannya mengenai kunjungannya itu, ia menceritakan berbagai kesulitan dan hambatan dari teroris Hagana serta agen-agen Yahudi untuk menggagalkan musinya. Cacat karena Serangan Tentara Israel

Parade pembantaian terhadap rakyat Palestina oleh penjajah zionis Israel masih berlangsung hingga saat ini. Dan korban terus berjatuhan, darah segar terus mengalir bembasahi negeri para Nabi, rumah penduduk diratakan dengan tanah. Dan tidak ada satu negarapun yang mampu menghentikan kebiadaban tersebut, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Melihat kondisi yang memprihatinkan dan didorong oleh panggilan jihad fi sabilillah, maka tidak mengherankan saat ini telah muncul kembali semangat perlawanan rakyat Palestina yang dikenal dengan gerakan Intifadhah untuk membebaskan negeri para Nabi dari kebiadaban penjajah zionis Israel. Seluruh rakyat yang masih mempunyai iman dan hati nurani, laki dan wanita, tua- muda, besar-kecil semuanya bangkit untuk mengusir penjajajah zionis Israel yang biadab. Apalagi para ulama yang istiqomah telah memberikan semangat yang luar biasa, dengan mengeluarkan fatwa bahwa fardhu a�in (kewajiban individu) jihad membebaskan Palestina. Fatwa tersebut ditanda-tangani antara lain oleh Mursyid Am Al Ikhwan Al Muslimin, Syekh Musthafa Masyhur, Ulama Islam terkemuka, Syekh DR. Yusuf Al Qaradhawi, pendiri gerakan HAMAS, Syekh Ahmad Yasin, dan tokoh Islam Libanon, Syekh Husein Fadhlullah.

Jadilah Pejuang untuk Palestina

Ketika Anda membaca kalimat ini, ketahuilah bahwa perjuangan ribuan orang-orang Palestina yang tertekan untuk bertahan di tanah ini terus berlanjut dalam semua kekerasannya. Tentara pendudukan Israel mungkin tengah mengebom kota-kota Palestina atau kamp-kamp pengungsian. Di setiap bagian Jalur Gaza, Tepi Barat, atau Yerusalem, orang-orang Palestina hari ini menanggung penindasan dan kekejaman yang sebagian besar karena mereka adalah �orang Islam.�

Karena alasan ini, setiap orang yang sadar harus bercermin dari keadaan ini. Tanggung jawab kita karena mengikuti berita-berita di media massa tentang kekejaman dan perbuatan tak berprikemanusiaan ini, tapi kemudian terus menjalani keseharian seolah-olah tak ada yang terjadi, tak disangkal lagi akan menjadi beban teramat berat untuk ditanggung. Sebenarnya, Al-Qur�an memberi tahu kita bahwa setiap orang yang beriman dan yang memiliki kesadaran akan yang hak dan yang batil bertanggung jawab untuk berjuang atas nama orang-orang yang tengah tertindas: "Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo'a, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!"(Qur'an, 4:75)

Tanggung jawab yang ditanggung oleh orang-orang yang mendengar perintah ini dan mau mengucurkan bantuan kepada orang yang mengalami kekejaman, diterangkan oleh: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar217; merekalah orang-orang yang beruntung.� (Al-Qur'an 3:104). Tanggung jawab kita adalah mengajak semua manusia untuk beriman kepada Allah dan memperlihatkan keindahan akhlak agama, dan menjalankan perjuangan intelektual melawan semua ideologi yang membenci agama Allah dan tata prilaku Al-Qur'an.


Read More..

About palestina

Derita Palestina Derita Umat
Kekejaman pendudukan Zionis Israel telah berlangsung sejak tahun 1967, dimulai dengan pengusiran kaum muslimin, pengrusakan rumah-rumah, masjid-masjid mereka, terutama masjidil Aqso. Zionis yahudi Israel bahkan menggali masjid Al-Aqso, tempat suci ketiga kaum Muslimin, untuk mencari Haikal Sulaiman.


Zionis yahudi berusaha merobohkan, menghancurkan, dan membakar masjid-masjid suci kaum Muslimin di seluruh Palestina, hingga saat ini. Mereka juga terus membangun pemukiman-pemukiman baru untuk orang-orang yahudi Israel dan memusnahkan rumah-rumah tempat tinggal kaum Muslimin. Setiap hari di bumi Palestina, ibu-ibu kaum Muslimin, anak-anak kecil dan orang-orang tua renta diseret, diusir dan ditendang dengan sangat bengisnya oleh penjajah yahudi laknatullah. Mereka menghancurkan rumah-rumah kaum muslimin, membombardir mereka setiap harinya, pagi maupun malam hari.

Sebuah tindakan yang biadab.

Masjid-masjid yang dirusak di Palestina tidak hanya masjid suci Al-Quds, tapi juga masjid at-Thobariyyah yang dibakar, dan masjid Umar bin Khattab yang diubah menjadi sinagog mereka, dan di tempat suci itu mereka mengatakan : “Allah Fakir dan kami kaya”. Dan mereka juga berkata : “Tangan Allah Terbelenggu”. Sungguh suatu kaum yang sangat membangkang dan berani melawan Allah swt.

Sumber lokal di Al-Quds menyebutkan, sejumlah keluarga Palestina di Al-Quds mengadukan nasib rumah-rumah mereka yang terancam roboh menyusul penggalian Israel di sekitar Masjid Al-Aqsha.
Sementara itu menurut salah seorang warga dari keluarga Usailah menyebutkan, ketika ia dan ayahnya keluar melewati gerbang Silsilah yang berdekatan dengan Masjid Al-Aqsha Kamis (10/4) dikagetkan dengan runtuhnya sebagian rumah mereka.

Mereka mendengar suara gemuruh orang yang sedang bekerja di bawah terowongan yang terdapat di Jalan el-Wadi dekat dengan pelataran Buraq Al-Aqsha. Tadinya ia bermaksud melihat ke sana untuk memastikan sebab runtuhnya rumah tersebut. Namun para pegawai Israel melarangnya. Tapi ia tetap meneruskan pencarianya dan menemukan sejumlah terowongan serta galian yang lain di bawah rumah-rumah penduduk.
Terakhir diketahui sebab runtuhnya rumah keluarga Usailah karena adanya peninggian terowongan tepat di bawah rumahnya setinggi tujuh meter.

Sementara seorang pemuda lainya menuturkan, “Saya melihat kota di bawah perumahan warga. Kota tersebut penuh dengan terowongan dan areal yang sangat luas.”

Keluarga Usailah mendiami rumah yang dekat dengan gerbang Silsilah, salah satu pintu Masjid al-Aqsha. Pintu Silsilah adalah satu-satunya gerbang al-Aqsha bagi keluarga Usailah yang terdiri dari 10 kepala keluarga.

Pihak keluarga Usailah juga menuturkan bahwa pihaknya telah mendengar suara penggalian oleh Israel sejak setahun yang lalu. Akibat penggalian ini, maka rumah-rumah warga Palestina di sekitar al-Quds ibarat rumah yang menggantung di atas awan.

Bahkan sejumlah pekarangan rumah Palestina di Al-Quds bila diketuk akan terdengar suara mendentung menunjukan bahwa di bawahnya adalah ruangan kosong.

Rumah-rumah warga al-Quds menjadi tidak aman untuk didiami. Karena setiap saat terancam roboh. Keluarga Usailah, bukanlah satu-satunya keluarga yang mengeluhkan peristiwa ini.

Bahkan seluruh keluarga yang mendiami wilayah Khasy (dekat dengan pintu Silsilah) terancam runtuh, akibat penggalian terowongan yang terus menerus oleh Israel

Israel juga melanjutkan tindak kejahatannya dengan menghancurkan dua ruangan di Masjid Al-Aqsha. Mereka juga menutup jalan menuju pintu Magharibah di wilayah Selatan Al-Aqsha yang merupakan pintu bersejarah bagi Masjid yang menjadi kiblat pertama kaum Muslimin.

Tindakan Israel ini merupakan bagian dari rencana Zionisme untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsha secara keseluruhan, untuk kemudian membangun istana Haikal Sulaiman yang diyakini berada di lokasi Masjid Al-Aqsha.

Syaikh Taisir At Tamimi, hakim Palestina, mengatakan,"Tentara Israel selama beberapa jam sejak pagi hari telah menutup semua jalan yang mengarah ke kota Al-Quds (Jerussalem), dan menutup semua akses pintu masuk kota Al-Quds. Israel juga menyebarkan ratusan tentara dan polisinya dengan senjata lengkap untuk melarang penduduk Palestina sampai ke wilayah Masjid Al-Aqsha. Pada waktu yang sama, puluhan buldoser Israel telah bergerak mengarah ke tembok masjid Al-Aqsha wilayah barat untuk kemudian menghancurkan tembok tersebut. “

Ia menambahkan bahwa Zionis Israel benar-benar memanfaatkan situasi internal Palestina yang disibukkan oleh pertikaian antar sesama mereka.

Karenanya, hakim Al-Quds itu menyerukan kepada seluruh rakyat Palestina untuk turun ke jalan segera guna melakukan aksi demonstrasi menghentikan proyek penghancuran Masjid Al-Aqsha yang sudah mulai dilakukan hari ini. At-Tamimi juga menyampaikan bahwa Al-Aqsha benar-benar dalam kondisi berbahaya dan membutuhkan dukungan kaum Muslimin dunia untuk melindungi Al-Aqsha dari rencana Zionis yang ingin mendirikan Haikal Sulaiman di atas puing-puing kiblat pertama kaum Muslimin.

Majlis Tinggi Fatwa seperti dirilis oleh Palestine Information Center menduga bahwa Zionis Israel telah mulai menghancurkan sebagian dari pintu Barat Al-Aqsha. Dan jika itu telah terjadi, berarti akan pecahlah pertarungan hebat antara kaum Muslimin Palestina bahkan dunia melawan Israel. Syaikh Raid Shalah, kepala Harakah Islamiyah di Palestina yang dirampas pada tahun 1948 mengatakan, dirinya yakin bahwa Israel benar-benar telah melakukan proyek penghancuran itu sejak hari ini.

Israel, menurutnya, juga sudah menghancurkan dua ruangan di wilayah Barat Masjidil Aqsha yang merupakan lokasi Al-Buraq.

“Penghancuran dua ruangan itu akan membuka jalan dari Masjid Al-Buraq yang merupakan bagian dari Masjid Al-Aqsha hingga memudahkan Israel untuk melakukan penghancuran lebih lanjut pada waktu yang tepat. Jadi, mereka lebih dulu menghancurkan Masjid Al-Buraq, baru Masjid Al-Aqsha,” papar Syaikj Raid Shalah.

Menurutnya, Zionis juga menargetkan untuk menghapus jalan menuju Magharibah. “Itu adalah wilayah Islam bersejarah, dan saat ini jalan menuju Magharibah telah rusak oleh galian lubang di bawah tanah oleh Zionis Israel. Kehancuran jalan itu bukan karena salju seperti yang diakui Israel. Tapi dihancurkan karena gorong-gorong yang dibuat Israel di bawahnya.”

Derita Palestina adalah derita kaum Muslimin. Kaum Muslimin memiliki tanggung jawab untuk membebaskan bumi Palestina dari cengkraman musuh Islam, zionis Israel. Tiada berguna lagi himbauan-himbauan kepada lembaga-lembaga kufur seperti PBB, Amnesti Internasional dan sejenisnya. Juga tiada berguna seruan kepada pemimpin-pemimpin dan penguasa negeri-negeri Arab yang murtad dan lebih mementingkan tuan mereka, Amerika dan sekutu-sekutunya. Tentu para penguasa dan pemimpin negeri-negeri Islam yang murtad ini tidak akan pernah mau dan sudi memerintahkan tentara-tentara dan pasukan mereka untuk memerangi zionis yahudi Israel.

Mereka bahkan mengupayakan jalan hina sebagai solusi, yakni dengan menjalin kerjasama perdamaian dengan Israel. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Mesir, Yordania, dan Arab Saudi. Jadi, bagaimana mungkin kaum muslimin menghiba-hiba dan mengharapkan tentara-tentara kufur mereka mau berjihad untuk memerangi si agresor, zionis yahudi Israel yang merupakan “sahabat” mereka sendiri. Untuk itu, tiada kata lain, dan tiada solusi menyeluruh untuk menyelesaikan masalah Palestina, kecuali dengan mengumandakangkan dan menyerukan Jihad!

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kalian membelakangi mereka (mundur). Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak bergabung dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Alloh, dan tempatnya adalah Neraka Jahannam dan amat buruklah tempat kembalinya.”(QS Al-Anfal : 15-16)


Read More..
garaisme © 2008 Template by:
SkinCorner